Anggota FAMe Chapter Pidie Bakal Rilis Buku “Sudah Kubilang Jangan Jadi Guru”

Riazul Iqbal | Dok pribadi


RIAZUL IQBAL. Akrab disapa Rio. Sesuatu yang paling melekat dalam dirinya ialah pribadinya yang sangat kocak. Celetukan-celetukan yang ia lontarkan sering mengocok perut lawan bicaranya. Tak jarang lelucon-lelucon yang ia sampaikan mengandung makna-makna tertentu. Sesuatu yang bermakna positif tentunya. Bagi sebagian orang yang sudah mengenalnya, jika tak jenaka maka itu bukanlah Rio.

Saat ini hati Rio sedang berbunga-bunga. Bukan karena sekarang sedang musim hujan, sehingga memekarkan seluruh bunga-bunga rumput yang ada di hatinya, melainkan karena sebentar lagi Rio akan menerbitkan buku kumpulan “curcolnya” yang ia kemas dalam judul Sudah Kubilang Jangan Jadi Guru. Judul yang menggelitik, membuat calon pembaca semakin penasaran, ada apa sih dengan guru?
“Rio ingin supaya guru-guru di Aceh menulis tentang pendidikan, tentang metode mengajar, cara efektif menghadapi murid, atau minimal kisah-kisahnya yang inspiratif selama mengajar,” kata Rio kepada aceHTrend, Kamis (6/12/2018).

Sebagai seorang guru, Rio tentu paham betul bagaimana rasanya menjadi guru dan bagaimana idealnya menjadi seorang guru. Secara tersirat, melalui judul buku tersebut ia seolah ingin mengantarkan pesan: jangan jadi guru kalau biasa-biasa saja. Jadilah luar biasa (seperti saya).

Sudah Kubilang Jangan Jadi Guru berisi 20 judul tulisan yang telah dikumpulkannya sejak 2012. Judul demi judul menceritakan kesehariannya sebagai seorang pendidik di Sekolah Sukma Bangsa, Sigli, Pidie. Pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris itu membagi tulisannya menjadi tiga kelompok, yaitu cerita, opini, dan tip/triks menjadi guru.

Selama menjadi guru, banyak hal-hal kecil yang dialami Rio dan melambungkan hatinya sebagai seorang pendidik. Misalnya ketika ada siswa yang menanyakan apakah ia akan mengajar di kelas mereka.
“Itu rasanya wow,” kata alumnus TEN UIN Ar-Raniry itu. “Ada juga yang bilang kalau Bapak mengajar kami nggak boring. Dan kalau jumpa di jalan dan disapa lalu disalami itu luar biasa. Saya terharu kalau siswa menyukai apa yang saya ajarkan,” kata Rio.

Kepribadiannya yang kocak juga tergambar dalam tulisan-tulisannya. Bisa dilihat dari tulisan-tulisannya yang selama ini terpampang di blog atau Steemit. Proses kreatifnya di dunia tulis-menulis telah dilakoni Rio sejak lama.


“Saya belajar menulis di Forum Lingkar Pena, sekarang juga bergabung di Forum Aceh Menulis Chapter Pidie. Belajar dari buku-buku terutama buku-bukunya Pidi Baiq, Neil Gaeman, dan buku cerita fantasi internasional. Saya berusaha menulis sehari satu artikel di Steemit,” ujar penulis cum Youtuber ini.

Tak hanya mendapatkan pengalaman seru seperti di atas, kadang Rio juga mengalami hal-hal yang membuatnya banyak-banyak beristigfar saat menghadari siswanya. “Contohnya ketika kita ke sekolah, sudah siapkan bahan maksimal, tetapi muridnya malah nggak mau mendengarkan,” kata Rio dengan cengiran lebar.



Namun baginya semua itu tantangan. Sebagaimana kewajibannya mengajari para siswa, dalam kesempatan yang sama pun ia sedang mendapatkan ‘hak’ untuk ‘belajar’ dari anak didiknya. Ia selalu berusaha tampil menarik dan selucu mungkin dalam mengajar, menyesuaikan diri dengan karakter peserta didik, yang penting mereka paham apa yang ia ajarkan. Itulah yang membuatnya selalu termotivasi untuk menjadi seorang guru.

“Awalnya saya selalu takut berdiri di depan, tapi saya ingin berbuat banyak untuk generasi muda dengan menjadi guru. Saya bisa berani berdiri di depan dan mendidik generasi, supaya lebih kreatif dan minimal saya bisa menularkan apa yang saya bisa untuk calon pemimpin masa depan.”

Di luar aktivitas utamanya sebagai guru, bersama teman-temannya Rio juga aktif mengelola chanel Youtube untuk mempromosikan daerahnya, yaitu Kabupaten Pidie. Ada dua chanel yang mereka kelola, yaitu Riodejaksiuroe dan Ngulik Bareng Rio. Chanel pertama fokus untuk konten-konten wisata sedangkan yang kedua untuk talkshow.

Sebagai guru, ia ingin hal-hal positif yang ia lakukan di luar sekolah bisa digugu dan ditiru oleh para siswa. Di sisi lain ia juga ingin menunjukkan, bahwa dengan segala tanggung jawab besar sebagai seorang guru tidak menghalanginya untuk berkreativitas. Sebagai generasi milenial yang lahir di pertengahan tahun 80-an, Rio ingin menunjukkan bahwa sebagai seorang generasi milenial, ia bisa melakukan banyak hal yang didukung dengan berbagai kemudahan informasi teknologi.

Sebelumnya ia juga terlibat dalam proyek antologi Pernak-Pernik Pidie (2018) dan Omg My Mom (2013).

“Semoga buku ini nantinya bisa menjadi pemantik semangat bagi penulis dan guru di Pidie untuk mengabadikan pemikirannya atau inspiraisnya melalui buku,” katanya.[]

Sumber : aceHTrend

إرسال تعليق

Post a Comment (0)

أحدث أقدم