Launching Kelas Menulis FAMe Chapter Meulaboh

Launching FAMe Chapter Meulaboh
Topik: Mengembangkan Minat dan Kemampuan Menulis
Hari dan Tanggal: Sabtu, 30 Desember 2017 
Tempat: Aula Kampus STAIN Meulaboh, Aceh Barat
Pemateri: Yarmen Dinamika


Para Akademisi dan mahasiswa di Kabupaten Aceh Barat telah lama bersiap-siap dalam launching perdana Forum Aceh Menulis (FAME) Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Lokasi launching kelas FAMe berlangsung di Aula Kampus STAIN Meulaboh.

Dengan Adanya FAMe Meulaboh tersebut, mampu membudayakan Literasi bagi para Dosen, mahasiswa hingga pecinta literasi dari berbagai kalangan yang ada di pantai Barat Selatan Aceh. Tema yang diangkat adalah : Menumbuh kembangkan Budaya Literasi untuk membangun masa depan Generasi Muda yang lebih Hebat”. 

Dalam Launching tersebut, dihadiri Yarmen Dinamika Wartawan Serambi Indonesia juga sebagai Pembina Fame Aceh, Dr. T Erwansyah,  M,Si Staf Ahli Bupati Aceh Barat, Dr. H Syamsuar M, Ag, sebagai Ketua STAIN Meulaboh dan Dr Murni, M.Pd akademisi UIN Ar-Raniry Aceh. Pada materi awal disampaikan langsung oleh Yarmen Dinamika. Secara panjang lebar beliau menjelaskan akan pentingnya literasi. 

Literasi sesungguhnya mencakupi tulis baca, bicara, simak, resapi dan amalkan, karena tulisan pun harus “menggerakkan”. Hal ini tentunya erat sekali dengan upaya mendongkrak citra sebuah lembaga publik ucap beliau.


Terkait dengan literasi, pada dasarnya sudah disampaikan dalam Al-Quran Surah Al-Alaq, pada Surah Iqra merupakan perintah untuk membaca dan janji Allah untuk mengajarkan manusia melalui perantara kalam.

Bagaimana mengembangkan minat dan kemampuan menulis?
Ada 3 hambatan menulis yang harus diruntuhkan;
  1. Menganggap bahwa menulis itu susah, sehingga enggan untuk belajar menulis.
  2. Merasa tak berbakat sebagai penulis, sehingga merasa percuma saja belajar menulis
  3. Merasa menulis itu tidak ada gunanya, sehingga sia-sia saja kalaupun pintar menulis.
Terlepas dari 3 hal tersebut, ada juga mitos yang harus dihilangkan dari pemikiran setiap orang, khususnya bagi mereka yang memiliki minat terhadap menulis, yakni “ bahwa menulis itu adalah bakat.” 

Menurut sejumlah penelitian serta pencermatan ahli bahasa, disimpulkan bahwa, menulis itu sesungguhnya bukan bakat, melainkan usaha yang terus diasah. Ini juga merujuk kepada analisis dari keilmuan neurologi dan pendidikan yang ditemukan, bahwa lebih dari 80% kecerdasan dibangun oleh lingkungan melalui latihan, pembiasaan, dan adanya apresiasi.

Lebih lanjut, selain pentingnya penguasaan terhadap bahasa dan ejaan yang disempurnakan dalam pengembangan kemampuan menulis., adalah penting juga bagi setiap penulis untuk menguasai dan menggambarkan dalam karyanya secara pas, terhadap latar suasana, latar tempat, latar watak/karakter tokoh, dan plot/alur cerita. Sehingga untuk mengatasi hal-hal tersebut, harus melakukan observasi, identifikasi, serta aplikasi.

Membuat tulisan yang baik harus memperhatikan kualitas sebuah ide, penggunaan bahasa yang jernih dan mudah dimengerti, bahan yang dapat dijelaskan dan penyajian yang disampaikan dengan menarik.

Para petarung mengatakan, hanya orang yang berlatihlah yang akan memenangkan pertarungan. Maka jika ingin menjadi penulis jangan berhenti untuk berlatih. Selaras dengan hal tersebut, salah satu filsuf/sastrawan mengatakan: Umur kita memang tak seumur bumi, tapi bisa menyambungnya dengan tulisan dan kenangan. Menjadi penulis, jiwa dan pikiran harus terisi penuh oleh sumber bacaan dan pengalaman lapangan. Berlatih menulis adalah jalan tol menjadi penulis. 

Gola gong mengatakan bahwa, “Tulisan kita haruslah ibarat jalan setapak yang bisa membawa orang ke mata air atau nyala lilin kegelapan”. Islam agama yang sempurna, tak henti-hentinya menyeru umat manusia untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya, Ali bin Abi Thalib berkata, “Semua penulis akan meninggal, hanya karyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.”

Menulis Karya Ilmiah 
Materi dari Dr. T. Erwansyah, M.Si (Staf Ahli Bupati Aceh Barat)

Bahwa penulisan karya ilmiah pada pokoknya harus memperhatikan 3 unsur penulisan berikut, yakni;
  1. Ontologi Filsafat: memenuhi unsur kebenaran dengan menggunakan data-data dengan cara-cara yang subjektif.
  2. Epistimologi Filsafat: Metoda atau kaidah dalam data-data tersebut harus diuji rehabilitasnya.
  3. Axiologi Filsafat; bahwa penggunaan data itu harus dapat ditempatkan penggunaannya sesuai kebutuhan, untuk mendapatkan manfaatnya.
Mengapa Kita Harus Menulis? 
Materi dari Dr. Murni, M.,Pd (akademisi UIN Ar-Raniry)

Perbedaan antara zaman prasejarah dengan zaman modern ini adalah tulisan. Tulisan adalah rekaman peristiwa, pengalaman, pengetahuan, ilmu, serta pemikiran manusia. Tulisan dapat menembus ruang dan waktu. Artinya, tulisan dapat dibaca oleh orang yang berada di berbagai tempat pada waktu sekarang dan yang akan datang.

Sebagai langkah dasar cara menulis, hindari penggunaan bahasa yang terlalu formal dan kaku. Menulislah sebagaimana layaknya kita berbicara. Gunakan bahasa yang komunikatif maka tulisan kita akan terkesan ringan, bagus, dan enak saat dibaca dan berusahalah menulis dengan lugas dan bermakna.

Cara menulis yang baik dan benar di antaranya adalah:
  1. Menulislah sesuai dengan apa yang kita rasa, dengar dan lihat. Selain itu gunakan pemilihan kata dan kalimat sederhana.
  2. Gunakan gaya bertutur, seperti seakan kita sedang berbicara atau bercerita
  3. Hindari kata-kata yang tidak perlu.
  4. Referensi dalam menulis.
  5. Menulislah dengan jujur.
  6. Menjadi diri sendiri.
  7. Teruslah berlatih.
Disiplin menulis setiap hari akan membantu kita dalam melatih diri sehingga pada akhirnya menulis menjadi hal yang mudah dan nyaman dilakukan. Perkaya pengetahuan kita dengan memperhatikan dan membaca tulisan-tulisan orang lain untuk memacu semangat kita dalam menciptakan gaya khas penulisan kita.

Akal dan Kekuatan/Ilmu Pengetahuan
Materi dari Drs. Adi Kasman., M.A 

Menulis itu mudah, terutama bagi yang mau menulis. Syarat pertama untuk bisa menulis dan menjadi penulis adalah kemauan dan kemampuan memotivasi diri sendiri. Lazimnya, orang yang mempunyai kemauan dan termotivasi karena memiliki pengetahuan dan kemampuan. Jadi, pada intinya untuk menjadi penulis atau menghasilkan karya tulis orang harus memiliki kemauan, motivasi, pengetahuan, dan kemampuan. 

Ada dua unsur pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki, yaitu, apa yang akan diungkapkan (isi) dan bagaimana cara mengungkapkan (bentuk). Aspek isi dan bentuk adalah dua hal yang mendukung eksistensi sebuah karya tulis, keduanya saling terkait dan saling melengkapi.

Kendala menulis biasanya dikarenakan adanya kendala psikologis, kendala kemampuan, kendala ekonomis, dan personal

Penyakit yang menghantui penulis pemula adalah memulai sebuah tulisan. Kebingungan itu biayanya meliputi pertanyaan; apa yang harus pertama dituliskan serta bagaimana pengalimatan dan pengalineannya. Bagi penulis pemula ada baiknya mencermati tulisan pengarang yang karangannya baik untuk “belajar.” Beberapa hal yang harus dicermati dan diikuti di antaranya adalah dengan cara:

a) Pengembangan gagasan
b) Pengembangan alinea
c) Perujukan acuan
d) Pengarang yang dirujuk
e) Peramuan berbagai gagasan dari berbagai sumber
f) Sikap pengarang
g) Gaya dan ejaan.

Menjadi penulis pada pokoknya harus memiliki kemauan, motivasi dan kemampuan. Membangun motivasi dalam menulis, sebaiknya tidak semata-mata untuk mendapatkan keuntungan secara finansial saja.

Salam FAMe dan semoga memberikan pencerahan bagi kita semuanya.

2 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama