Teknik Mengirim Tulisan ke Media

Notula             : Pertemuan ke 14
Hari/ Tanggal : Rabu, 08 November 2017
Pemateri         : Yarmen Dinamika

Tempat            : Anjungan Aceh Tengah
Materi             : Teknik Menulis Artikel Opini dan Sebab-Sebab Opini tak dimuat Media
Notulis             : Hayatullah Pase

Materi ini bermanfaat bagi yang bukan jurnalis, karena ia kesempatan masuk koran. Kalaupun jurnalis yang tulis harus menulis. Dalam konten publistik opini dibagikan dalam beberapa kelompok, di antaranya:
  1.  Opini pribadi (pendapat orang)
  2. Opini kelompok (lebih dari dua orang) 
  3. Opini publik (lahir dari diskusi sosial di kalangan orang dewasa yang waras)
  4. Opini rakyat (lebih kepada opini yang masanya ramai) tetapi beda beda, kalau opini rakyat itu total dari himpunan rakyat, misalnya opini tentang referendum. 
Tidak ada opini lembaga, tapi lembaga bisa mengeluarkan opini hasil dari pengamatan orang. Dalam ilmu publisitik di luar itu ada juga opini koran seperti editorial, itu tak boleh menulis nama dan opini beberapa orang di redaksi. 
Contohnya : Salam Serambi (masukan dari teman-teman redaksi) 

Ciri-ciri opini,
  • Belum tentu objektif. (Ada kemungkinan diprotes orang atau disanggah orang, namanya saja pendapat bisa iya atau tidak, bermain di alam nalar).
  • Sesuatu yang dibayangkan dan dipikirkan
  • Opini ialah pendapat, ide atau gagasan yang didasarkan pada sebuah pendapat secara tidak objektif dalam menjelaskan sebuah kerangka teori, karena belum adanya pengujian atau pemastian.
Tujuan menulis opini secara sosiologis,
  1. Untuk mempengaruhi opini publik
  2. Untuk membuat semakin terang sebuah masalah, yang tak paham menjadi paham suatu masalah seperti pada tax amnesti. Contoh : tentang masalah registrasi ulang kartu prabayar, jadi opini bisa menjelaskan tentang yang melakukan registrasi atau tidak.
  3. Mendukung atau mengkritik suatu wacana, realitas suatu kebijakan. Contoh: kebijakan Gubernur Zaini Abdullah terkait kebijakannya memberikan izin cuti kepada Ibu yang hamil dan menyusui.
Ada juga opini saran pendapat, contohnya tentang PKA (Pekan Kebudayaan Aceh). Kalau ada data pelaksanaan PKA yang sudah berlalu, dan untuk PKA yang akan datang bisa memberikan saran pendapat supaya PKA-nya lebih baik dari sebelumnya. Tapi harus diisi dengan bahan bacaan yang banyak dan pengalaman lapangan (data analisis).

Karya ilmiah adalah karya tulis yang penyusunan dan penyajiannya berdasarkan kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah, kajian ilmiah bertumpu pada riset pustaka, sedangkan kerja ilmiah adalah kerja lapangan. 

Menulis artikel ilmiah/jurnal,
  1. Agar publik tahu siapa orang pertama yang mengkaji/berkontribusi terhadap hal tertentu. 
  2. Akreditasi, tulisan itu benar-benar karyanya. Karya yang dimuat pada media tertentu yang berkualitas.
  3. Rekognisi, publikasi seseorang akan menjadi catatan permanen jika disitasi (dikutip, fotenote) maka ia dapat digolongkan ke dalam amal yang baik tidak putus hingga akhir hayat.
Kiat-kiat menulis opini yang benar,
  1. Menentukan topik apa yang akan dibahas. Pilihlah topik yang menjadi perhatian banyak orang. 
  2. Pilih topik yang lagi dibahas orang banyak, seperti Narkoba, benturan regulasi UUPA, Bendera. 
  3. Batasi topik, pikirkan satu topik dan kuasai topik dengan baik. Contohnya mau menulis tentang bendera harus tahu aspek sejarahnya, sosiologi dan aspek lainnya, Bendera Aceh*.
  4. Memasukkan ke dalam kerangka teori. Menurut sebuah ucapan dari Karl Marx: jika suatu daerah yang punya Sumber Daya Alam akan ada atau rentan dengan konflik. (ini salah satu contoh teori penguat sebuah opini).
  5. Menyajikan data dan analisis yang kongkret. 
  6. Sebaik-baik tulisan yang dimasukkan ke dalam kerangka teori.
Usahakan menulis menunjukkan masalah, dan menulis dengan posisionis atau kontra, atau kompromistik (ambil jalan tengah). Itulah kiat-kiat menulis opini dan kuasai apa yang kita tulis, 

Contoh Snouck Hurgronje menguasai Aceh. Kita juga ambil filosofi bebek yang mampu banyak melakukan hal. Mau terbang seperti burung bebek bisa juga walaupun terbangnya tidak sejauh buruh, berenang seperti ikan bebek bisa juga melakukan walau tak semahir ikan, dan lain-lain. 

Mengapa tulisan opini tak dimuat di media massa? 
  1. Karena tidak mempelajari isunya muncul dari koran mana, apalagi isu diambil dan dikutip di koran tersebut. Yang celakanya, tulisan opini di media A, mengutip di media kompetitor media A tersebut. Kalau mau mengutip dari korannya satu grup itu tidak masalah. 
  2. Karya itu terbukti melakukan tindakan plagiat (melanggar hak cipta)
  3. Pastikan tulisan itu bukan hanya mengandung daftar inventarisir masalah dan tidak ada solusi.
  4. Harus mengikuti jumlah kata yang ditentukan media. Contoh diminta 1000 kata tapi ditulis 200 kata, atau 5000 kata.
  5. Jangan memasukkan banyak pendapat orang saja. Itu namanya menghimpun pendapat pakar. 
  6. Terlalu tendensius menyerang orang, sehingga media takut mengambil risiko digugat. 
  7. Terlalu menonjol unsur sensitif seperti SARA (suku, agama, rasa, antargolongan).
  8. Ternyata idenya gersang, cara penyampaian amburadul, dan solusi yang ditulis tak muncul. 
  9. Terlambat momentum, maka selalu mengontrol dan menjaga momentum tertentu. Misalnya saja membahas Hari Pahlawan, Hari Sumpah Pemuda, dan lain-lain. 
  10. Mengirim tulisannya serentak ke banyak media dengan tulisan yang sama. Risiko kena blacklist (catatan hitam) dari satu atau semua media
  11. Tulisan terlalu kekanak-kanakan yang ditulis oleh orang dewasa.
Itulah sejumlah alasan tulisan Anda tidak dimuat media. Semoga dengan penjelasan tersebut kita lebih giat lagi memperbaiki dan meningkat kualitas tulisan sehingga media menerima tulisan kita dengan tangan terbuka.

1 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama